Kamis, 30 April 2015

SEPULANG DARI PENGASINGAN

Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. 
Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. 
Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar 
bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswaatau Perguruan Nasional Tamansiswa. 
Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. 
Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, 

semboyan itu dalam bahasa Jawaberbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). 

Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

Termasuk juga ABRI menggunakan semboyan tersebut sampai sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar