Kamis, 23 April 2015

JIWA KEKELUARGAAN

Segenenap warga Tamansiswa di dalam membina kehidupan organisasinya berdasarkan pada sendi hidup kekeluargaan. Hal ini digali dari sember hakiki nmanusia, yaitu sifat kemanusiaan itu sendiri. Sikap laku yang didasari kekeluargaan adalah sikap laku yang manusiawi.

Hal ini timbul berdasarkan kneyataan yang ada bahwa manusia di bumi ini bisa ditinjau dari segi individu, namun juga bagian dari suatu masyarakat. Kehadiran manusia adalah kehadiran bersama. Dan kehadiran individu baru akan bermakna jika ia hadir dalam kebersamaan. Bila manusia hadir secara bersama-sama, maka wujud sebagai manusia yang merdeka dari masing-masing individu juga harus memperhatikan kemerdekaan individu-individu yang lain.

Usaha untuk memperhatikan kemerdekaan orang lain akan menumbuhkan konsekuensi bersama yang juga merupakan juga kodrat manusia. Dengan demikian maka tdak ada kemerdekaan yang tanpa batas. Selain manusia memiliki hak-hak asasi juga memiliki kewajiban asasi kemanusiaan.

Secara tepat Ki Hajar Dewantara mencantumkan hal tersebut dalam asas Tamansiswa pertamanya yaitu

“ Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri ( zelfbeschikkingschrecht ) dengan mengingati tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum ( saamharigheid ), itulah asas kita yang pertama. Tertib – damai itulah tujuan kita yang setinggi-tingginya “

Berkaitan dengan tujuan Tamansiswa itu perlu kiranya dikemukakan, bahwa Ki Sutatmo Suryokusumo, yang kemudian pernah menjadi Presiden pertama dari Tamansiswa di dalam majalah “ Weder Opbouw “ menerbitkan di halaman kulit majalah tersebut semboyan seperti berikut :

Schoonheid die Macht regeert ;
Macht die Liefde looft ;
Wijsheid die Recht doet wedervaren .
Artinya
Keidahakan yang membatasi kekuasaan
Kekuasaan yang memuja cinta kasih
Kebijaksanaan yang membawa keadilan

Semboyan ini mengembangkan cita-cita kemasyarakatan yang ingin dicapai yaitu suatu masyarakat yang tertib damai, yang menjunjung tinggi asas keselarasan dan keseimbangan antara perwujudan kepentingan individu dan kepentingan masyarakatnya.

Dalam masyarakat seperti itu yang didambakan adalah segenap warganya akan mengalami kehidupan yang salam – bahagia, aman lahir – batin. Karena kekuasaan haruslah bersandar kepada keindahan atau tertibnya lahir serta cita kasih atau kesucian batin. Jadi kebijaksanaan itu harus mengandung kebenaran dan keadilan.

Dan ternyata pemikiran ini dapat mengilhami para Bapak pendiri republic tercinta kita ini untuk merumuskan Demokrasi Indonesia atau Demokrasi Pancasila yang kita ketahui dan anut sebagai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.

Dari uraian diatas maka bisa ditarik garis kesimpulan bahwa hakekat kekeluargaan adalah kesadaran kebersamaan manusiawi yang terikat oleh kepentingan bersama yang wajib dijunjung tinggi. Dalam ikatan suatu bangsa, kekeluargaan berwujud solidaritas nasional, yang selalu menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi dan golongan atau kelompok.

Dan di dalam kekeluargaan tersirat pula kewajiban setiap individu untuk saling menghargai dan saling menghormati atas dasar martabat kemanusiaan.

Proses Kegiatan Belajar Mengajar berdasarkan system among yang dijiwai oleh sendi hidup kekeluargaan, menempatkan hubungan antara guru, murid dalam kedudukannya yang bersifat  manusiawi dan berkesamaan. Guru dilarang memandang rendah para muridnya, tapi harus dipandang memiliki derajat yang sama sebagai manusia. Jadi tugas guru adalah memanusiakan manusia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar