Kamis, 30 April 2015

HARI PENDIDIKAN NASIONAL TANGGAL 2 MEI 2015


Marilah kita songsong Hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei, dimana seorang Bapak Tokoh Pendidikan Nasional yang telah berjasa mendirikan Perguruan Tamansiswa tanggal 3 Juli 1922 yaitu Bapak Raden Mas Soewardi Suryaningrat, yang kemudian telah berganti nama dengan nama Ki Hajar Dewantara. Beliau lahir tanggal 2 Mei 1889.

Pemerintah telah menetapkan hari lahir beliau sebagai hari Pendidikan Nasional . Karena beliaulah yang pertama kali mendorong bangsa Indonesia untuk bangkit melawan kebodohan dan maju melangkah melalui pendidikan secara formal maupun informal.

Kita tahu bahwa pada masa itu bangsa Indonesia masih diliputi kebodohan dan kemiskinan akibat politik penjajah Belanda yang menutup pintu pendidikan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menikmati pendidikan secara formal meskipun masih jauh dari kesempurnaan.

Akan tetapi dengan berdirinya Perguruan Nasional Tamansiswa, maka bangsa Indonesia barulah bisa menikmati pendidikan secara formal, bebas tanpa syarat, tidak membeda-bedakan pangkat derajat seseorang ataupun golongan tertentu.

Pendidikan merupakan syarat yang utama dan paling utama bagi bangsa Indonesia, sehingga memerlukan perhatian yang amat besar lapisan seluruh bangsa ini . Bahkan pendidikan itu merupakan amanat Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap wanrga Negara Indonesia.

Dalam hal ini peran daripada orang tua sungguh amat penting untuk memberikan pendidikan kepada putra dan putrinya. Pendidikan tidak boleh dilalaikan untuk mereka, karena mereka adalah calon generasi muda yang akan menggantikan kedudukan para orang tua.

Bayangkan oleh kita apa jadinya bila anak-anak kita semuanya bodoh, baik dalam hal ilmu pengetahuan umum dan teknologi  ( pendidikan lahir ) maupun agama ( pendidikan mental spiritual ). Maka jangalah mengharapkan Negara Indonesia ini akan bisa maju dan agama yang ada di Indonesia ini akan berkembang dengan pesat dan kuat dari sebelumnya. Kedua pendidikan baik tentang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun agama harus bisa bersajalan selaras, serasi dan seimbang.

Bila pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh anak-anak itu kuat sementara bidang agamanya kurang, maka akan terjadi kerusakan moral, jiwanya akan lemah, pendiriannya mudah goyah, akan mudah dipengaruhi oleh prilaku yang buruk , bisa berbuat zalim terhadap sesamanya dan sejenisnya.

Sebaliknya bila pendidikan agamanya kuat, namun bidang ilmu pengetahuan dan teknologinya kurang memadai, maka mereka tidak akan dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada di negeri ini untuk kemakmuran dan kemajuan jaman di negeri ini sehingga bisa sejajar dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia . Dan tentunya kelemahan ini akan dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa asing untuk kembali menjajah Indonesia dengan cara menanam saham di negeri ini, apakah dengan cara sistim kontrak atau dengan cara sistim bagi hasil.

Sedangkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 sudah mengatakan bahwa penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikamanusiaan dan perikeadilan.


Semoga dengan momen Hari Pendidikan Nasional ini seluruh komponen bangsa Indonesia bisa bangkit kembali dari berbagai macam keterpurukan yang sedang melanda negeri ini. Terutama sekali pada generasi pemuda dan pelajarnya sebagai calon estafet pewaris pemikul amanat dari para generasi tua yang secara kodrat alam harus diadakan pergantian.

SETELAH INDONESIA MERDEKA TGL 17 AGUSTUS 1945

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, 
KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia 
(posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. 
Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) 
dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada
Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, 
ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia 
dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional 
(Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 
dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata.

SEPULANG DARI PENGASINGAN

Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. 
Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. 
Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar 
bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswaatau Perguruan Nasional Tamansiswa. 
Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. 
Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, 

semboyan itu dalam bahasa Jawaberbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). 

Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

Termasuk juga ABRI menggunakan semboyan tersebut sampai sekarang

AKIBAT TULISAN ALS IK EEN NEDELANDER WAS

Akibat dari tulisan Ki hajar Dewantara yang membuat penduduk pribumi marah kepada penjajah, maka beliau ditangkap, kemudian dibuang ke negeri Belanda

Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).

Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte

suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. 

Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore

Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

Bangsa Indonesia harus bisa bebas dari kebodohan dan kemiskinan, harus bisa menjadi bangsa yang mandiri, harus bisa berfikir dan berbuat merdeka, tanpa campur tangan penjajah.

ALS IK EEN NEDERLANDER WAS

Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.
Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.

KI HAJAR DEWANTARA SEORANG POLITIK YANG HANDAL

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. 
Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, 
Beliau di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan 
menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu 
mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. 
Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.

Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde
suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo 
yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, 
atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). 
Ketika kemudian DD mendirikanIndische Partij, Soewardi diajaknya pula.

MASA MUDA DAN AWAL KARIRNYA


Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta

Beliau menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). 

Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), 

tapi tidak sampai tamat karena sakit. 

Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar,

 antara lain, 

Sediotomo,Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, 

Tjahaja Timoer, dan Poesara

Pada masanya, ia tergolong penulis handal. 

Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.

SIAPAKAH M KI HAJAR DEWANTARA ITU ?

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD:Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; 
Beliau lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") 
Beliau adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaumpribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda
Beliau adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. 
Bagian dari semboyanciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia
Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.

Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)

2 MEI , SEBAGAI HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Salam dan Bahagia

Setiap tanggal 2 Mei maka pasti tidak akan terlepas dari ingatan kita seorang tokoh Pendidikan di Indonesia ini. Beliau adalah Ki Hajar Dewantara atau dengan nama kecilnya adalah Radem Mas Soewardi Suryaningrat
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernamaTaman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, tut wuri handayani ("di belakang memberi dorongan"), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Meskipun bukan hari libur nasional, Hari Pendidikan Nasional dirayakan secara luas di Indonesia. Perayaannya biasanya ditandai dengan pelaksanaan upacara bendera di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, dari tingkat kecamatan hingga pusat, disertai dengan penyampaian pidato bertema pendidikan oleh pejabat terkait.

Jumat, 24 April 2015

KEMBALIKANLAH SEGALA URUSAN KEPADA ALLAH

Sesungguhnya kenikmatan,kesejahteraan,kekuatan,kekuasaan,keimanan,taufik,hidayah,keselamatan, perlindungan, kebahagiaan dan sejenisnya adalah milikAllah. Itu merupakan kerajaan-Nya. Di tangan-Nya lah segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu

Karena kita semua berada dalam genggamanNya, kekuasaanNya, maka tugas kita hanyalah melaksanakan segala kewajibanNya dan menjauhi laranganNya.

Dia lah yang memberi kita hidup, untuk itu mari kita manfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya, lakukan berbagai amal kebajikan, kumpulkan semua amal yang diridhai-Nya untuk bekal akhirat kita, bekerjalah dan berusahalah sekuat tenaga di dunia ini untuk mencari bekal akhirat kita. Urusan rezeki itu bukan urusan kita akan tetapi urusanNya.

Jangan karena urusan dunia, urusan akhirat sampai dilupakan , karena kesibukan urusan dunia, sampai lupa dengan urusan akhiratnya, dan ajalpun datang secara tiba-tiba. Sedangkan persiapan untuk menghadapi hal itu belum ada. Akhirnya yang ada hanyalah sesal sepanjang masa. Ingat hanya Dia lah yang bisa mematikan kita, Dia berikan berbagai macam hal untuk memenuhi segala kebutuhan kita, namun ada satu yang tidak diberikan kepada kita yaitu kematian.

Perlu diketahui oleh kita semua bahwa dunia ini hanyalah tempat untuk kita mencari bekal akhirat kita, dunia adalah tempat Allah memberikan ujian dan cobaan kepada kita, dunia adalah lahan untuk menambah amal kebajikan bukan tempat untuk berbuat maksiat.

Sesungguhnya Allah lah yang Maha Perkasa, tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya, maka taatilah apa yang telah disampaikanNya, jauhilah apa yang membuat diriNya marah, bahkan murka. Dia pun Maha Pengampun, Dia akan mengampuni hambaNya yang mau memohon ampun kepadaNya dan bertobat kepadaNya, karena tidak ada manusia di dunia ini yang bersih dari noda dan dosa.


Allah berfirman, “ Maha Suci Allah yang di tangan Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu; yang menjadikan mati dan hidup, agar Dia menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun. ( QS 67 : 1 – 2 )

Kamis, 23 April 2015

BIMBINGAN DAN ARAHAN GURU ITU AMAT PENTING

Sebagai seorang guru janganlah mendidik anak dgn cara manja, tapi hanya sekedar mengarahkan agar mereka menjadi manusia yang mau berusaha dan berfikir untuk kemajuan dirinya.

Misalnya ada siswa yang tidak mengeti atas apa yang disampaikan oleh gurunya, maka sang guru kasih contoh lain yang masalahnya sama atau hampir sama dengan materi yang disampaikan. Bila ia sudah mengerti akan hal itu, segera untuk memecahkan apa yang dihadapinya.

Bila sang guru memberikan bantuan terlalu dini kepada siswa maka bisa menjadikan siswa itu manja, dan bila bantuan itu berlebihan juga kurang baik karena merupakan pemborosan dan mubazir.

Pertumbuhan jiwa-raga siswa atau anak dalam proses perkembangan kepribadiannya secara fisik-biologik mengikuti tahapan-tahapan tertentu yang sifatnya evolusioner.  Ketentuan ini berlaku bagi perkembangan anak yang normal. Bagi anak yang abnormal dalam arti positif atau negative maka berlaku penyimpangan dari ketentuan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan situasi sang anak.

Kenyataannya hal ini akan menimbulkan kondisi anak yang berbeda perkembangannya, sehingga di dalam pelayanannya juga guru harus melakukan dengan cara yang berbeda.
Dengan menciptakan suasana alam kemerdekaan kepada anak akan memberikan potensi yang bebas untuk berkembang tanpa hambatan, kalaupun ada maka akan sangat kecil terjadinya.

Sikap dan prilaku guru yang menekan, memaksa, bahkan memarahi apalagi dengan menghukum sang anak akan menimbulkan tekanan kepada anak dan ini bisa menekan jiwanya. Sehinggal prilaku buruk yang ada pada diri anak tidak bisa dihilangkan bahkan akan anak akan berprilaku menyimpang.

Anak didik sebagai individu perlu mendapatkan bimbingan dalam usaha peningkatan dirinya secara klautatif dalam keserasian perkembangan sosialnya dalam hidup bermasyarakat. Bila pendekatan seperti ini dilakukan terhadap sang anak, maka akan menuntun anak agar bisa hidup bersama dengan yang lainnya, artinya merasakan bahwa hidup itu tidak bisa sendirian, masing-masing antara yang satu dengan yang lain itu saling membutuhkan.


FAKTOR FAKTOR YANG MENJADI PERTIMBANGAN

Dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar, Tutwuri Handayani menentukan sikap laku guru atau pamong, dimana hal-hal yang harus diperhatikan  adalah :

1.Setiap siswa memiliki pribadi yang berbeda ;

2.Harus mengikuti pertumbuhan jiwa raga siswa sesuai dengan kodrat alamnya ;

3.Tumbuhkan segala potensi kodrati yang telah dikaruniakan Tuhan YME memerlukan iklim dan suasana merdeka ;

4. Manusia dalam hal ini para siswa adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk social ;

5. Setia manusia atau setiap siswa mempunyai kodrat untuk dihargai dan diperlakukan sesuai dengan martabat kemanusiaannya ;

6. Untuk mencapai keseimbangan dan keselarasan dalam hidup bermasyarakat, pelaksanaan hak asasi kemanusiaan perlu disertai dengan perwujudan kewajiban asasi kemanusiaan ;

7. Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan suatu wahana untuk menanamkan nilai-nilai sesuai dengan perkembangan budaya bangsanya yang dynamis, bukan statis.

Untuk itu para guru di dalam pelaksanaannya di dalam mendidik para siswanya harus mempertimbangkan factor-faktor tersebut di atas.

Pendekatan kepada siswa yang sifatnya menyeluruh tidak akan mengenai sasaran karena secara kualitatif setiap siswa itu berbeda. Oleh karena itu harus dilakukan pendekatan secara individual agar pemberian bantuan dan bimbingan guru sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh para siswanya, waktunya tepat dan kualitasnya juga tepat.

Jangan sampai guru mengajar hanya asal mengajar, hanya menyelesaikan tugas mengajar, hanya memenuhi target kurikulum saja, tanpa memperhatikan keadaan para siswanya, apakah mereka faham dengan yang diajarkan atau tidak, yang penting target terpenuhi. 

Selain itu guru harus peka tentang hal-hal yang banyak dibutuhkan terjadi di masyarakat, dan berilah para siswanya materi sesuai dengan kemampuan sang guru, apakah pembinaan mental dan spiritualnya, akhlaknya, budi pekertinya, sopan santunya. Dsb. 

Sisihkan waktu sedikit misalnya 5 atau 7 menit untuk memberikan materi itu kepada para siswa. Tujuannya adalah untuk membentuk karakter siswa. Jadi jangan hanya diserahkan kepada Guru Agama saja atau guru olah raga saja atau Guru BP dan BK saja, Sebaiknya semua guru Mata Pelajaran melakukan hal ini semua. Sehingga disamping para siswa medapatkan ilmu pengetahuan juga mendapatkan kepribadian yang bermutu. Hal ini nanti akan terwujud pada sikap dan prilakunya sehari-hari.


JIWA KEKELUARGAAN

Segenenap warga Tamansiswa di dalam membina kehidupan organisasinya berdasarkan pada sendi hidup kekeluargaan. Hal ini digali dari sember hakiki nmanusia, yaitu sifat kemanusiaan itu sendiri. Sikap laku yang didasari kekeluargaan adalah sikap laku yang manusiawi.

Hal ini timbul berdasarkan kneyataan yang ada bahwa manusia di bumi ini bisa ditinjau dari segi individu, namun juga bagian dari suatu masyarakat. Kehadiran manusia adalah kehadiran bersama. Dan kehadiran individu baru akan bermakna jika ia hadir dalam kebersamaan. Bila manusia hadir secara bersama-sama, maka wujud sebagai manusia yang merdeka dari masing-masing individu juga harus memperhatikan kemerdekaan individu-individu yang lain.

Usaha untuk memperhatikan kemerdekaan orang lain akan menumbuhkan konsekuensi bersama yang juga merupakan juga kodrat manusia. Dengan demikian maka tdak ada kemerdekaan yang tanpa batas. Selain manusia memiliki hak-hak asasi juga memiliki kewajiban asasi kemanusiaan.

Secara tepat Ki Hajar Dewantara mencantumkan hal tersebut dalam asas Tamansiswa pertamanya yaitu

“ Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri ( zelfbeschikkingschrecht ) dengan mengingati tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum ( saamharigheid ), itulah asas kita yang pertama. Tertib – damai itulah tujuan kita yang setinggi-tingginya “

Berkaitan dengan tujuan Tamansiswa itu perlu kiranya dikemukakan, bahwa Ki Sutatmo Suryokusumo, yang kemudian pernah menjadi Presiden pertama dari Tamansiswa di dalam majalah “ Weder Opbouw “ menerbitkan di halaman kulit majalah tersebut semboyan seperti berikut :

Schoonheid die Macht regeert ;
Macht die Liefde looft ;
Wijsheid die Recht doet wedervaren .
Artinya
Keidahakan yang membatasi kekuasaan
Kekuasaan yang memuja cinta kasih
Kebijaksanaan yang membawa keadilan

Semboyan ini mengembangkan cita-cita kemasyarakatan yang ingin dicapai yaitu suatu masyarakat yang tertib damai, yang menjunjung tinggi asas keselarasan dan keseimbangan antara perwujudan kepentingan individu dan kepentingan masyarakatnya.

Dalam masyarakat seperti itu yang didambakan adalah segenap warganya akan mengalami kehidupan yang salam – bahagia, aman lahir – batin. Karena kekuasaan haruslah bersandar kepada keindahan atau tertibnya lahir serta cita kasih atau kesucian batin. Jadi kebijaksanaan itu harus mengandung kebenaran dan keadilan.

Dan ternyata pemikiran ini dapat mengilhami para Bapak pendiri republic tercinta kita ini untuk merumuskan Demokrasi Indonesia atau Demokrasi Pancasila yang kita ketahui dan anut sebagai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.

Dari uraian diatas maka bisa ditarik garis kesimpulan bahwa hakekat kekeluargaan adalah kesadaran kebersamaan manusiawi yang terikat oleh kepentingan bersama yang wajib dijunjung tinggi. Dalam ikatan suatu bangsa, kekeluargaan berwujud solidaritas nasional, yang selalu menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi dan golongan atau kelompok.

Dan di dalam kekeluargaan tersirat pula kewajiban setiap individu untuk saling menghargai dan saling menghormati atas dasar martabat kemanusiaan.

Proses Kegiatan Belajar Mengajar berdasarkan system among yang dijiwai oleh sendi hidup kekeluargaan, menempatkan hubungan antara guru, murid dalam kedudukannya yang bersifat  manusiawi dan berkesamaan. Guru dilarang memandang rendah para muridnya, tapi harus dipandang memiliki derajat yang sama sebagai manusia. Jadi tugas guru adalah memanusiakan manusia.