Jumat, 06 Mei 2016

MENGGALI MUTIARA KEUNGGULAN BANGSA DI BAWAH JEJAK RERUNTUHAN KOLONIALISME BARAT

MENGGALI MUTIARA KEUNGGULAN BANGSA DI BAWAH JEJAK RERUNTUHAN KOLONIALISME BARAT
Oleh: K Ng H Agus Sunyoto
Tidak terima dengan pandangan Sufi Sudrun yang menyatakan lembaga pendidikan Barat secara sistematis membodohkan peserta didiknya, yang bermakna orang bersekolah menjadi tambah bodoh, Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D, minta dilakukan dialog terbuka pada Rabu pagi bakdal Subuh dengan tema “pendidikan sekolah, mencerdaskan atau membodohkan manusia?”. 
Dengan ciri khas akademisi yang ‘mahatahu’, ‘mahabenar’, ‘mahajenius’, ‘mahakuasa’ yang tidak terkalahkan,yang berdiri di atas permadani ketidak-bersalahan Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D, memaparkan bagaimana sistem persekolahan (schooling system) telah membuka cakrawala baru bagi bangsa Indonesia.
 “Andaikata tidak ada sekolah, bangsa kita pasti masih merayap di tanah dan bergelantungan di pohon atau paling tidak sangat-sangat primitive seperti terlihat pada film documenter ini!” kata Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D menunjuk layar LCD Player yang memutar film dokumenter berjudul Moeder Dao.

Sufi Sudrun bertepuk tangan sambil berkomentar,”Itu rangkaian film yang dibuat antara tahun 1913 sampai 1930. Itu jadi bukti kolonial betapa primitif dan tololnya inlander Hindia Belanda yang tidak sekolah.”

Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D, tersenyum. Sekejap kemudian berkata lantang,”Asal tahu, tahun 1909 tercatat dalam data orang Indonesia yang melek huruf baru 1%. Sedang yang 99% buta huruf. Padahal, tahun 1908 dinyatakan sebagai Kebangkitan Nasional. Siapa yang bangkit? Rakyat buta huruf yang 99% itu?”

“Interupsi professor!” sahut Sufi Sudrun menyela,”Darimana angka 1% melek huruf dan 99% buta huruf itu Anda peroleh?”
“Hasil sensus!”

“Hasil sensus?” tukas Sufi Sudrun menekan tinggi suara,”Apakah 99% yang buta huruf dari penduduk Indonesia saat itu termasuk di dalamnya para kyai, santri, haji, dan warga lulusan pesantren yang melek huruf Arab dan melek huruf pegon serta melek huruf Jawa? Apakah mereka yang bisa baca dan tulis al-Qur’an disensus sebagai warga buta huruf?” 
“Maksud saya, buta huruf latin.”

“Wahaha, kalau buta huruf latin, itu memang disengaja oleh golongan santri karena mereka tidak sudi belajar membaca tulisan penjajah. Jadi kalau bikin statemen harus jelas. Penduduk yang 1% itu, melek huruf latin. Yang 99% melek huruf Jawa, huruf pegon, huruf Arab, huruf Sunda, huruf Bali, huruf Bugis-Makassar, huruf Mandailing, dan lain-lain. Oke, lanjutkan!” kata Sufi Sudrun mempersilahkan.

Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D memaparkan bagaimana pendidikan sekolah telah mencetak berpuluh ribu sarjana, insinyur, magister, doctor, dan professor yang menjadikan Indonesia sebagai Negara maju dan terpandang di dunia. 
Andaikata tidak ada sekolah, ungkap Prof Nafaq al-Bahluli, dapat dibayangkan Negara Indonesia akan tetap menjadi Negara terjajah karena penduduknya bodoh, buta huruf, terbelakang, primitif, tidak modern, tidak mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi. “Siapa bilang pendidikan sekolah membodohkan manusia?” kata Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D menyindir,”
Sungguh, tanpa pendidikan sekolah bangsa ini tidak pernah mencapai dunia modern seperti sekarang ini. Tanpa sekolah, orang di negeri ini hanya memakai sarung, baju takwa, kopiah, bakiak, dengan alas tikar, lampu minyak, dan kitab-kitab kuno dari abad pertengahan.”

“Apakah tanpa sekolah negeri ini akan primitive, tidak modern?” tanya Sufi Sudrun.
“Silahkan dilihat film Muder Dao itu sebagai bukti!” sahut Prof Nafaq al-Bahluli sinis.

“Menurut professor, mulai kapan bangsa pribumi Hindia Belanda ini mengenal sekolah?”
“Tentu saja semenjak diterapkannya Etische Poliriek!”

“Tahun berapa itu prof?”
“Tahun 1901!”

“Ooo begitu ya,” Sufi Sudrun manggut-manggut,”Berarti sebelum tahun 1901 bangsa Indonesia ini primitif, bodoh, buta huruf, terbelakang, biadab, tidak berbudaya, tidak mengenal ilmu pengetahuan, dan teknologi karena tidak sekolah. Begitukah Prof?” 

Prof Nafaq al-Bahluli Ph.D diam seperti ragu-ragu untuk menjawab.
“Professor pernah baca catatan Wan Zen, pegawai di pelabuhan Sanghai pada abad ke-3 Masehi tentang kapal-kapal Kun Lun yang datang dari selatan yang memiliki ukuran 200 kaki (70 meter), tinggi geladak dari permukaan laut 30 kaki (10 meter), yang dimuati 700 penumpang dan mengangkut barang seberat 10.000 houw?”
Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D menggeleng.

“Professor pernah membaca perjalanan I Tsing ke India pada abad ke-5 Masehi yang menggunakan kapal berukuran sangat besar seperti yang dicatat Wan Zen, yaitu panjang 200 kaki dan dinaiki 700 orang?” tanya Sufi Sudrun.

“Perjalanan I Tsing saya pernah baca. Saat kapalnya terdampar di Jawa. I Tsing memesan kapal dengan ukuran yang sama, yang selesai dalam waktu lima bulan. Memangnya kenapa?” kata Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D heran.

“Menurut professor, kapal yang dibuat orang Jawa pada masa I Tsing abad ke-5 yang juga sudah dicatat Wan Zen abad ke-3 Masehi itu, apakah dibuat orang berpendidikan sekolah? Ilmu pengetahuan dan teknologi dari sekolahkah yang digunakan orang-orang Nusantara pada masa itu?” tanya Sufi Sudrun.
Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D terdiam.

“Maaf prof,” kata Sufi Sudrun minta penjelasan,”Pernahkah professor membaca catatan Portugis tentang kapal-kapal Jawa yang membawa beras untuk diperdagangkan ke India pada dasawarsa 1510 Masehi?”
“Tentu pernah.”

“Menurut catatan Portugis, berapa kira-kira ukuran kapal beras waktu itu?”
“Sekitar 800 ton.”

“Hmm kapal kayu dengan berat 800 ton?” Sufi Sudrun manggut-manggut,”Berarti lima kali lebih besar dari kapal Portugis.”
Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D diam.

“Saya pikir professor sudah membaca kenapa kapal-kapal ukuran raksasa itu tiba-tiba menghilang dan tidak lagi berkembang?” kata Sufi Sudrun dengan nada tanya.\
“Ya kapal-kapal raksasa itu sangat lamban sehingga sering dirampok Portugis. Berasnya dirampas untuk membayar upah prajuritnya,” kata Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D, “Lalu orang-orang Jawa membuat kapal yang lebih kecil agar dapat menghindar dan lari dari kejaran kapal Portugis yang menghadang.”

“Berarti orang-orang Indonesia yang tidak kenal pendidikan sekolah sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, ya prof?” kata Sufi Sudrun menyindir.
Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D diam menarik nafas berat.

Sufi Sudrun melanjutkan pembicaraan menyangkut pengetahuan orang-orang Indonesia kuno yang di abad pertama Masehi sudah menciptakan sistem kalender surya sengkala (syamsiyyah) dan rembulan (candra sengkala) yang dikembangkan dan digunakan hingga saat sekarang ini. “Jika tahun 78 Masehi bangsa ini sudah memiliki kalender, apakah para sarjana, magister, doctor, professor didikan sekolah ada yang mampu membuat sistem kalender baru khas Nusantara?”
Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D diam tak menjawab.

Sejak abad ke-4 Masehi, ungkap Sufi Sudrun, orang Nusantara sudah mengenal aksara meski meminjam aksara Pallawa yang dilanjut aksara Dewanagari. Namun sejak abad ke-8 sudah tercipta aksara Jawa Kuno yang digunakan menulis prasasti-prasasti dan kitab-kitab. Setelah itu tercipta aksara Bali, Sunda, Batak, Bugis-Makassar, Lampung, aksara Jawi atau Pegon. “Apakah para sarjana, magister, doctor, professor didikan sekolah ada yang mampu menciptakan aksara khas Nusantara?” kata Sufi Sudrun dengan nada tanya.
Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D termangu-mangu dengan dada naik turun.

Pertengahan abad ke-7, Sufi Sudrun memaparkan, KUHP pertama Nusantara yang disebut Kalingga Dharmasashtra diterapkan. Pada masa Wisynuwarddhana di paruh pertama abad ke-13 KUHP Kalingga disempurnakan dengan nama baru Purwadigama Dharmasashtra. Pada paruh pertama abad ke-14 Gajah Mada menyempurnakan Purwadigama menjadi Kutara Manawa Dharmasashtra. Di jaman Demak dibuat KUHP Angger Suryangalam. Di era Pajang dibuat KUHP Jugul Muda. Di era Mataram terdapat KUHP Angger Gunung, Angger Arubiru, Angger Pradata Dalem, dan lain-lain. Di era kolonial, penjajah Belanda membuatkan KUHP untuk pribumi inlander yang disebut HIR. “Nah di era kemerdekaan hingga sekarang ini, adakah sarjana, magister, doctor, professor didikan sekolah yang mampu mencipta KUHP Nusantara?” kata Sufi Sudrun bertubi-tubi. 
Prof Nafaq al-Bahluli diam kelihatan tertekan.

Sufi Sudrun tak sampai hati meneruskan pandangannya yang membongkar fakta keunggulan bangsa Indonesia sebelum mengenal pendidikan sekolah. 
Sufi Sudrun hanya menjelaskan bahwa semenjak mengenal pendidikan sekolah, bangsa Indonesia malah merosot dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 
Pendidikan sekolah terbukti belum mampu melahirkan seorang ilmuwan unggul yang memberikan sumbangan pengetahuan dan teknologi kepada bangsanya. 
Orang-orang didikan sekolah hanya mampu memposisikan diri sebagai “agen penyalur” ilmu pengetahuan dan teknologi Barat. “
Jadi saya tidak merendahkan, melainkan mengungkapkan fakta betapa sejak belajar di sekolah bangsa kita tidak mampu melahirkan ilmuwan-ilmuwan seperti leluhur kita di masa lalu, sebaliknya hanya saling pamer gelar akademik, dengan kedudukan sebagai bangsa konsumen yang mengkonsumsi ilmu-ilmu dan teknologi Barat.”

Senin, 02 Mei 2016

ANAK ADALAH ANUGERAH ALLAH SEKALIGUS JUGA TITIPAN ALLAH

Anak Adalah Anugrah..


Mendidik anak adalah sebuah seni yang menarik namun sangat memerlukan ilmu. Paduan yang pas dan seimbang antara ilmu, logika dan perasaan, akan menghasilkan keteladanan dan panutan bagi sang anak. Hal tersebut juga akan turut menentukan kualitas pertumbuhan, kesehatan, serta kecerdasan mental atapun spiritual bagi sang buah hati..

Tugas orang tua pada intinya adalah mengenalkan anak agar mengerti tujuan hidupnya yaitu beribadah hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Penghambaan diri itu dapat dilakukan melalui berbagai aktifitas kehidupan. Katakan dengan bahasa yang mereka mengerti dan sesuai dengan umur mereka, bahwa pengakhiran sebuah kegiatan, kerja, ataupun aktifitas lain, dilakukan hanya untuk Ridho Allah semata..

Dan seiring waktu, ketika anak tumbuh dewasa, hal ini menjadikan anak tidak lagi gamang menatap kehidupan, dimanapun, kapanpun, dan berpartner dengan siapapun. Dia tak akan merasa rugi karena nilai mutlak sebuah pengabdian kepada Allah adalah selalu berintikan kepada kebaikan. Ketika seorang anak dapat sedikit demi sedikit memahami hal itu, maka tidak ada lain, kecuali dia akan mengarahkan dirinya menjadi orang baik, dalam susah maupun senangnya kehidupan..

Keimanan juga menciptakan pribadi anak menjadi sosok yang mandiri. Betapa tidak, keimanan membuatnya tidak lagi bergantung kepada makhluk melainkan hanya Sang Penciptanya. Dengan penuh kesyukuran dia akan selalu menggali potensi diri dan percaya bahwa dia mampu, walau saat melangkah sendiri bersama Allah Ta'ala..

Tak perlu dengan bentakan, tak perlu dengan kekerasan. Anak hanyalah makluk yang belum tahu dan butuh proses untuk tahu. Memang perlu waktu dan kesabaran untuk memberi tahu. Masihkah kita ingat ketika kita dulu kanak-kanak dan kehidupan sangat belum terisi dengan pengertian tentang keadaan. Ya, seperti itulah keadaan mereka sekarang. Maka percuma memahamkan mereka dengan kekerasan dan bentakan. Hal itu justru akan membangun karakter keras dan pemberontak dalam diri anak. Mengapa begitu..? Karena sejatinya anak hanyalah seperti spons kering yang menyerap semua yang mereka lihat dan dengar dengan kemampuan ilmu dan pengalaman yang minim sebagai penyaringnya..

Maka bahasakan perhatian kepada anugrah anda tersebut dengan bahasa kasih sayang. lewat bahasa kasih sayang pada akhirnya dia juga akan belajar peduli dengan sekitarnya. Lewat kasih sayang mereka belajar, simpati, empati dan belajar melakukan atau menghindari pekerjaan berikut dengan pemahaman konsekuensi dari semua itu..

Apapun keinginan dan cita-cita anda atasnya ungkapkan dengan kasih sayang. Karena tidak ada ke khas an dari sebuah kasih sayang kecuali hanya kebaikan. Kasih sayang bukan berarti tuntutan, walau kita sangat menginginkan..

Kasih sayang bukan berarti menyakiti, walau kita kadang harus memberikan sedikit interupsi. Kasih sayang memahamkan anak atas akibat dari sebuah situasi tanpa harus menakuti untuk terlibat didalamnya. Kalau sudah begini, anak akan mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan percaya diri dalam menentukan langkah hidupnya..

Kasih sayang bukan berarti selalu melindunginya dari tantangan. Kasih sayang justru menyadarkan anak agar belajar untuk memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya tanpa bantuan orang lain..

Kemandirianpun selanjutnya insyaAllah akan terbentuk sebagai kepribadiannya. Dia tidak mudah untuk bergantung kepada makhluk, bahkan kalau bisa dia yang mengharuskan diri untuk menolong sesamanya..

Benar-benar seorang anak adalah anugrah maka jagalah.. Kehadirannya mengubah hidup kita menjadi lebih berarti. Dia datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah. Karena kehadirannya, kita juga belajar arti tanggung jawab sebagai orang tua. Syukurilah dengan menjaganya baik-baik..

Maka jangan salah dalam berinfestasi, dialah yang akan membawa keuntungan dan kebahagiaan untuk kita, bahkan saat kita telah tiada. Kenali dan akrabi karunia anda tersebut sehingga Allah benar-benar melihat bahwa anda sedang dan memang pandai berterima kasih..

Dialah yang mengangkat tangannya untuk mendoakan kita saat kita telah tiada. Dengan bahasanya yang apa adanya, dia memohonkan keampunan atas semua dosa-dosa kita bahkan saat cambuk malaikat mengenai kulit kita..

Lihatlah diluaran sana, banyak sekali manusia yang memegang takdirnya untuk tidak bisa memiliki anak, bahkan walaupun hanya seorang. Mungkin dengan mudah Allah bisa mengganti peran mereka dengan anda, namun betapa Allah sangat mengasihi anda, dia berikan kebahagiaan anda lewat kehadiran tawa si kecil di rumah dan ruang hati anda..

Anak adalah kertas putih yang siap untuk anda torehkan catatan atau apapun didalamnya. Maka tuliskanlah yang baik-baik, sehingga ketika setelah bertahun-tahun catatan tersebut dibuka, maka anda akan tetap terkenang sebagai orang tua yang baik..

Bila anda menjumpai kenyataan takdir bahwa sampai sekarang Allah belum berkenan memberikan seorang anak keturunan darah daging anda, hendaknya ingatlah kisah Nabi Zakaria..
Kisah beliau tentunya akan menjadi motivator untuk terus berusaha dan berdoa. Apakah beliau bersedih saat itu..? Bahkan nabi zakaria pun sempat berkeluh kesah kepada Allah tentang dirinya yang tidak mempunyai keturunan. Beliau pesimis karena usianya sudah lanjut, tetapi yang membuat beliau istimewa adalah beliau tidak berputus asa dan terus berdoa hingga kemudian Allah menunjukkan kebesaranNya dan menghadirkan seorang anak, seperti yang tertulis dalam Alquran surat Maryam: 3-9..

Berbesar hatilah dengan senyum dan pikiran bahwa tak semua hal berjalan sesuai dengan yang kita kehendaki, bila ikhtiar dan doa telah dilakukan namun belum juga membuahkan hasil, pasrahkan saja kepada Allah. Kita mengakui Allah sebagai Rabb satu-satunya di jagad raya ini, maka kitapun harus percaya bahwa sangatlah mudah bagi Allah bila menghendaki saat ini kita langsung punya keturunan..

Percayalah, Allah punya rahasia dan skenario tersendiri atas kita, yang mungkin dengan bahasa naturalnya manusia, kita tak akan mungkin paham atasnya. Namun satu hal yang pasti, Dia adalah yang maha berkasih sayang, yang tentunya tak akan mungkin mendholimi kita dengan semua kehendaknya..

Tetaplah positif memandang hidup, jangan sampai keinginan mulia kita untuk memiliki anak dan merawatnya malah mengubah kita menjadi jahat karena sampai sekarang keinginan kita tersebut belum dipenuhi oleh Allah. Kita ambil saja hikmahnya, kita menjadi lebih dekat kepadaNya, menjadi lebih rajin beribadah..

Percayalah, bahwa Allah Maha Menyayangi hambanya, suatu hari kita akan mengerti maksud Allah meletakkan kita pada situasi sekarang. Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan doa Hambanya. Selama kita berdoa insyaAllah kita akan selalu diberi kebaikan dan keuntungan serta diampuni dosa-dosa kita oleh Allah..

Sekali lagi, skenario Allah Atas apapun yang menimpa kita adalah selalu cantik adanya. Prasangka baik kepadaNya tidak lain hanyalah memberi kebaikan..

Dan untuk anda yang telah dianugrahi anak-anak, didiklah anugrah Allah tersebut sebaik-baiknya. Titipan bisa diambilNya kapan saja, sekarang siang.. siapa tahu nanti sore kita tidak bisa menemuinya lagi. Maka, tunggu apa lagi. Berikan kasih sayang yang terbaik dari anda selalu, untuk anak-anak anda..

Semoga Bermanfaat..

PERAN ORANG TUA DI DALAM PENDIDIKAN



Ayah dan ibu mempunyai peranan yang anat penting di rumahnya di dalam mendidik anak-anaknya, walaupun anda bukan seorang guru

Dengan mendidik anak berarti anda telah memperhatikan keinginan dan bakat anak untuk ke depannya

angan menyalahkan anak bilai di rumah mendapatkan perhatian, lalu mereka mencari perhatian di luar rumahnya, lalau kebetulan bergaulnya dengan anak2 yang brokem home, yang prilakunya banyak menyimpang

Bila anda menanamkan pendidikan di rumah berarti anda sedang membuat fondasi, semakin kuat fondasi maka akan semakin kuat pula karakter dan pribadi sang anak

Jadi jangan menyalahkan anak kalau usia sudh 117 - 23 th tapi pribadinya masih kekanak-kanakan, masih kolokan, masih manja-manjaan, masih ingin diperlakukan sama seperti adik2nya yang masih belum dewasa

Itulah salah satu dampak kurangnya pendidikan di lingkungan keluarga. Jadi kesalahan besar terlatak pada kedua orang tuanya

Untuk itu mulai saat ini mari kita bina , kita didik, kita bimbing, kita arahkan anak anak kita demi masa depannya yang masih dalam gambaran yang belam jelas

Cegalah apapun yang akan banyak menghambat kemajuan dan perkembangan anak-anak kita. Binalah akhlak mereka , tuntunlah dengan budi pekerti yang luhur, tanamkan jiwa sopan santun dan adab pergaulan dengan sesama.

Tujuannya adalah agar anak-anak itu bisa menghargai kepada yang lebih muda, menghormati kepada yang lebih tua dan berendah hati dengan yang seusia.



 

PENDIDIKAN BAGI ANAK-ANAK BANGSA MUTLAK DIPERLUKAN



GEDUNG YANG BERSEJARAH DARI SEJAK ZAMAN PENJAJAHAN

Gedung ini berdiri sejak 1923 sampai sekarang, dari sejak zaman penjajahan, jaman kemerdekaan, jangan orde baru, jaman reformasi...masih tetap tegak berdiri dengan gagahnya......inilah gedung PERGURUAN TAMANSISWA CABANG CIREBON.

PERGURUAN TAMANSISWA CABANG CIREBON berdiri setahun setelah Ki Hajar Dewantara mendirikan Natonal Instituut Onderwijs of Tamansiswa ( Perguruan national Tamansiswa ) yang berpusat di Yogyakarta tanggal 3 Juli 1922

Dan dari Tamaniswa itu terlahir para generasi penerus bangsa, para pemimpin negara dari mulai Pusat sampai ke Daerah di dalam pegabdiannya terhadap keluarganya, agamanya, masyarakat, bangsa dan negara

Semua itu tidak lain hasil dari para pengelolanya yaitu GURU atau PAMONG. GURU adalah para pendidik yang sikap dan prilakunya dijadikan suri tauladan para siswanya. PAMONG , guru itu sifatnya harus bisa ngemong, ngasuh, mendidik, mengarahkan, membentuk karakter para siswanya

Para Guru atau Pamong bekerja keras, mencari inspirasi, dan memberikan motivasi para siswanya dengan teori TRI LOGI KEPEMIMPINAN Ki hajar Dewantara. yaitu

1. Ing ngarso Sung Tulodo, bila di depan harus bisa jadi contoh yang baik dan benar
2. Ing Madyo mangun Karso, di tengah haris bisa memberikan inspirasi dan motivasi, menanamkan dedikasi, simpati dan empati
3. Tutwuri handayani, bila di belakang harus bisa menjadi korektor, protector yang baik dan benar

Di dalam pelaksanaan kesehariannya Para Guru atau Pamong selalu menanamkan TRI PANTANGAN Ki hajar Dewantara yaitu

1. Hindari/jauhi Penyalah gunaan wewenang atau kekuasaan
2. Hindari atau jauhi penyalah gunaan KEUANGAN
3. dilarang keras menzalimi sesama manusia

Para Guru dan Pamong di dalam membina para siswanya selalu menanamkankan dan menumbuh kembangkan TRIPUSAT SYSTEM PENDIDIKAN Ki hajar Dewantara yaitu

1. Pendidikan di lingkungan keluarga yang merupakan modal dasar pendidikan yang utama dan terutama
2. Pendidikan formal di sekolah atau perguruan Tinggi
3. Pendidikan di masyarakat

Dimana ketiganya itu harus bisa berjalan dengan baik, selaras dan seimbang . Bila salah satu lingkungan tidak jalan maka JANGAN HARAP PENDIDIKAN DI INDONESIA bisa berhasil dan sukses

Selamat dan sukses memperingati Hari Pendidikan nasional yang merupakan hari lahirnya Ki Hajar Dewantara, sebagai seorang tokoh Pergerakan kemerdekaan, pelopor pendidikan, Pemimpin Pwersatuan Wartawan Indonesia yg pertama kali, tokoh jurnalis dan sekaligus tokoh budayawan Indonesia.