Kamis, 07 Mei 2015

TELOR MATA SAPI

Anda pasti ingat tentang Sir Edmund Hillary, orang pertama yang menggapai puncak Mount Everest, gunung tertinggi di dunia.
Setelah ia turun bersama Tenzing Norgay - seorang pemandu - kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua jurnalis dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay.
Berikut narasinya :
"Bagaimana perasaan anda atas keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?" "Sangat senang."
"Anda seorang pemandu bagi Edmund Hillary, tentunya posisi anda berjalan di depan dia, bukankah seharusnya anda menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?"
"Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu meter lagi mencapai puncak, saya persilahkan dia - Edmund Hillary - untuk menjejakkan kakinya duluan untuk menjadi orang pertama di dunia yang menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia".
"Mengapa anda lakukan itu?" "Karena itulah impian Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih impiannya."
Sahabat-sahabat, di sekeliling kita, banyak sekali orang seperti Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay. Pepatah mengatakan, "bila kita hendak jadi pahlawan, harus ada yang bertepuk tangan di pinggir jalan".
Di dunia ini, hanya sedikit manusia yang ingin dan memiliki impian seperti Tenzing Norgay, dan ia tidak mau menjadi pahlawan.
Mereka ini cukup bahagia dengan memberikan "bantuan", membantu orang lain meraih impiannya. Mereka cukup menjadi orang yang selalu bertepuk tangan saja di pinggir jalan.
Kadang, orang-orang seperti ini hanya diperlakukan ibarat Telor Mata Sapi, yang punya telor adalah si ayam, yang tersohor adalah si sapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar