Kamis, 22 September 2016

BAGAIMANA CARA MEMBERIKAN NASIHAT PADA ORANG LAIN ?

Siapakah yang tak ingin hidayah mengetuk hati orang yang dicintai? Orang tua, kerabat dekat, teman, tetangga, dan bahkan orang-orang di luar Islam

Hidayah yang melembutkan hati yang keras, menyabarkan hati tatkala ditimpa musibah, meredakan kemarahan,

Hidayah yang dapat menjalin tali yang lama terpisah, menyatukan prinsip syariat sehingga berjalan beriringan dalam satu jalan yang haq menuju shiraathal mustaqiim

Pasti banyak orang yang kita inginkan kebaikan terlimpah padanya . Kebaikan yang senantiasa menghiasi diri sehingga melahirkan generasi Rabbani yang senantiasa berpegang teguh pada tali Allah dan RasulNya.

Siapa mengira, Al Fudhail bin Iyadh yang kita kenal sebagai seorang hamba yang shalih dan tokoh teladan bagi umat, dahulunya adalah seorang perampok jalanan yang banyak ditakuti orang

Beliau ( Al Fudhail ) terketuk hatinya dan mendapat hidayah tatkala mendengar percakapan dua saudagar yang tengah takut kepadanya.

Tak kenalkah dengan Salman Al Farisi? Dahulunya beliau adalah seorang Majusi kemudian beliau mendapatkan hidayah tatkala melihat orang muslim yang sedang shalat di gereja.

Coba lihat lah bagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam beserta orang-orang shalih dahulu mengajarkan kepada kita bagaimana adab tatkala memberikan nasehat sehingga membuka pintu-pintu hidayah bagi seseorang.

Seorang yang ingin menasehati hendaklah meniatkan nasehatnya semata-semata untuk mendapatkan ridha Allah Ta’ala. Karena hanya dengan maksud inilah dia berhak atas pahala dan ganjaran dari Allah

Seseorang yang hendak memberikan nasehat harus berusaha untuk tidak mempermalukan orang yang hendak dinasehati.

Nasehat harus disampaikan secara rahasia kepada seseorang yang membutuhkan penyempurnaan atas kesalahannya.

Tidak ada kunci yang lebih baik dan lebih tepat kecuali nasehat yang disampaikan dengan lemah lembut, diutarakan dengan beradab, dan dengan ucapan yang penuh dengan kasih sayang.

Salah satu kewajiban seorang mukmin adalah menasehati saudaranya tatkala melakukan keburukan.

Namun dia tidak berkewajiban untuk memaksanya mengikuti nasehatnya. Sebab, itu bukanlah bagiannya.

Seorang pemberi nasehat hanyalah seseorang yang menunjukkan jalan, bukan seseorang yang memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya

Jika seseorang ternyata tak bisa menasehati dengan baik maka dianjurkan untuk diam

Sebagaimana sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah berkata yang baik atau diam…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga saja bermanfaat buat semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar