Alkisah...
Ada
seorang ibu tua mempunyai dua guci sudah bertahun-tahun dipakai
untuk mengambil air demi kehidupannya harian.
Kedua
guci itu digantung di satu tongkat pikulan, untuk memudahkan dipikul.
Satu di antara dua guci itu retak, sedangkan guci
yang satunya lagi dalam kondisi bagus dan mulus sehingga dapat diisi air
sepenuhnya tanpa ada kebocoran. Guci yang retak itu
jika diisi air, berceceran di perjalanan dan akhirnya tidak banyak lagi air
yang tersisa ketika ibu itu sampai di rumah.
Dua
tahun telah lewat, dan ibu itu masih setiap harinya setia tetap memakai
kedua guci itu untuk dipakai mengisi air yang diambil dari sumur ke
rumahnya untuk kebutuhan hidup hariannya. Meski guci itu retak, ibu
itu tetap tidak mau membuangnya.
Alkisah
guci yang mulus itu begitu bangga atas prestasinya yang di dalam pandangannya
sangat sempurna, karena dia selama itu selalu membawa air tanpa berceceran
pulang ke rumah ibu itu, sedangkan guci yang retak itu merasa malu karena
cacat dan kekurangannya, karena hampir setengah dari air yang tiap harinya
dipikul ibu itu akhirnya terbuang berceceran di sepanjang jalan. Dia
merasa tidak lagi bermaanfaat dan sudah tiba saatnya untuk dibuang
disingkirkan.
Pada
satu hari dia (guci retak) berkata kepada ibu tua itu. “ Bu buanglah saja aku,
karena aku menyadari dan merasa malu akibat cacat dan kekuranganku itu sehingga
air yang ibu ambil dari sumur dan dengan penuh jerih payah ibu pikul di
perjalanan itu akhirnya hanya berceceran di perjalanan terbuang sia-sia
”.
Ibu
tua itu hanya tersenyum dan menjawab, “Besok akan aku tunjukkan kepadamu
mengapa sampai sekarang aku tidak mau membuangmu”
Keesokan
harinya ibu itu melakuan hal yang sama dan di dalam perjalanan pulang ke rumah
dia berkata kepada guci retak itu, ”Tengoklah dan lihatlah betapa indahnya
bunga-bunga yang tumbuh di sebelah kanan jalan ini. Karena aku sudah tahu
dimana kekuranganmu, maka aku menanam benih-benih pelbagai bunga-bunga di
sepanjang jalan yang engkau lalui, sehingga dapat kau beri air yang berceceran
darimu setiap hari saat aku berjalan pulang ke rumah. Dua tahun lamanya aku
dapat memetik aneka bunga-bunga nan indah berwarna warni tanpa aku
menyiraminya, sehingga dapat aku pakai untuk menghias rumah ku dengan cuma-cuma
dan dapat aku nikmati. Tanpa air yang kau cecerkan, pasti benih bunga-bunga itu
tidak akan tumbuh dan tidak akan ada keindahan seperti ini”.
Demikianlah
kisah ini aku tuangkan, diambil dari berbagai sumber untuk menjadi pembejalaran
bersama. Mari terus belajar dan tetap semangat sob. Jangan berputus asa dengan
segala kekurangan yang ada di dalam diri kita, sebab di balik setiap kekurangan
niscaya terdapat kelebihan yang luar biasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar