Segenenap warga Tamansiswa
di dalam membina kehidupan organisasinya berdasarkan pada sendi hidup
kekeluargaan. Hal ini digali dari sember hakiki nmanusia, yaitu sifat
kemanusiaan itu sendiri. Sikap laku yang didasari kekeluargaan adalah sikap
laku yang manusiawi.
Hal ini timbul berdasarkan
kneyataan yang ada bahwa manusia di bumi ini bisa ditinjau dari segi individu,
namun juga bagian dari suatu masyarakat. Kehadiran manusia adalah kehadiran
bersama. Dan kehadiran individu baru akan bermakna jika ia hadir dalam
kebersamaan. Bila manusia hadir secara bersama-sama, maka wujud sebagai manusia
yang merdeka dari masing-masing individu juga harus memperhatikan kemerdekaan
individu-individu yang lain.
Usaha untuk memperhatikan
kemerdekaan orang lain akan menumbuhkan konsekuensi bersama yang juga merupakan
juga kodrat manusia. Dengan demikian maka tdak ada kemerdekaan yang tanpa
batas. Selain manusia memiliki hak-hak asasi juga memiliki kewajiban asasi
kemanusiaan.
Secara tepat Ki Hajar Dewantara
mencantumkan hal tersebut dalam asas Tamansiswa pertamanya yaitu
“ Hak seseorang akan
mengatur dirinya sendiri ( zelfbeschikkingschrecht ) dengan mengingati
tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum ( saamharigheid ), itulah asas
kita yang pertama. Tertib – damai itulah tujuan kita yang setinggi-tingginya “
Berkaitan dengan tujuan
Tamansiswa itu perlu kiranya dikemukakan, bahwa Ki Sutatmo Suryokusumo, yang
kemudian pernah menjadi Presiden pertama dari Tamansiswa di dalam majalah “
Weder Opbouw “ menerbitkan di halaman kulit majalah tersebut semboyan seperti
berikut :
Schoonheid die Macht regeert
;
Macht die Liefde looft ;
Wijsheid die Recht doet
wedervaren .
Artinya
Keidahakan yang membatasi
kekuasaan
Kekuasaan yang memuja cinta
kasih
Kebijaksanaan yang membawa
keadilan
Semboyan ini mengembangkan
cita-cita kemasyarakatan yang ingin dicapai yaitu suatu masyarakat yang tertib
damai, yang menjunjung tinggi asas keselarasan dan keseimbangan antara
perwujudan kepentingan individu dan kepentingan masyarakatnya.
Dalam masyarakat seperti itu
yang didambakan adalah segenap warganya akan mengalami kehidupan yang salam –
bahagia, aman lahir – batin. Karena kekuasaan haruslah bersandar kepada
keindahan atau tertibnya lahir serta cita kasih atau kesucian batin. Jadi
kebijaksanaan itu harus mengandung kebenaran dan keadilan.
Dan ternyata pemikiran ini
dapat mengilhami para Bapak pendiri republic tercinta kita ini untuk merumuskan
Demokrasi Indonesia atau Demokrasi Pancasila yang kita ketahui dan anut sebagai
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
Dari uraian diatas maka bisa
ditarik garis kesimpulan bahwa hakekat kekeluargaan adalah kesadaran
kebersamaan manusiawi yang terikat oleh kepentingan bersama yang wajib
dijunjung tinggi. Dalam ikatan suatu bangsa, kekeluargaan berwujud solidaritas
nasional, yang selalu menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan
pribadi dan golongan atau kelompok.
Dan di dalam kekeluargaan
tersirat pula kewajiban setiap individu untuk saling menghargai dan saling
menghormati atas dasar martabat kemanusiaan.
Proses Kegiatan Belajar
Mengajar berdasarkan system among yang dijiwai oleh sendi hidup kekeluargaan,
menempatkan hubungan antara guru, murid dalam kedudukannya yang bersifat manusiawi dan berkesamaan. Guru dilarang
memandang rendah para muridnya, tapi harus dipandang memiliki derajat yang sama
sebagai manusia. Jadi tugas guru adalah memanusiakan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar