Pada suatu hari, di sebuah
sekolah menengah. Saat jam istirahat, ada perkelahian antara dua murid
laki-laki di kelas. Kerumunan murid pun berakhir saat seorang guru datang
menengahi dan melerai mereka. Tidak lama kemudian, saat pelajaran berikutnya
akan dimulai, Kepala Sekolah masuk ke kelas tersebut dan langsung menyampaikan
maksud kedatangannya.
“Andika, kamu nanti datang
kantor Bapak, jam 3 sore.”Seisi kelas terdiam sedangkan murid yang dimaksud
seketika berwajah pucat pasi.
“Baik Pak,” ia menjawab lemah. Habis aku! Pasti akan dimarahi dan dikenai sanksi gara-gara perkelahian tadi, begitu pikir Andika.
“Baik Pak,” ia menjawab lemah. Habis aku! Pasti akan dimarahi dan dikenai sanksi gara-gara perkelahian tadi, begitu pikir Andika.
Tepat pukul 3 sore, Andika telah ada di depan kantor dan mengetuk pintu ruangan
kepala sekolah. Jantungnya berdegup keras dan tubuhnya serasa lunglai.
“Masuk!” terdengar suara
dari dalam. Andika pun masuk. Dengan takut-takut, ia berdiri dekat meja kepala
sekolah, sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Duduklah Andika. Kamu tentu sudah bisa menebak, kenapa Bapak memanggilmu kan?
Tentu berkaitan dengan perkelahianmu tadi,” kata kepala sekolah yang diikuti
anggukan kepala Andika.
Lanjutnya, “Andika telah
melanggar peraturan tentang tidak boleh berkelahi di dalam lingkungan sekolah,
apalagi di kelas. Tetapi ada beberapa hal yang ingin bapak sampaikan berkaitan
dengan kasusmu ini.
Pertama, bapak senang kamu datang tepat waktu, itu
menunjukkan kamu adalah anak yang disiplin.” Beliau membuka laci mejanya,
mengambil sebuah permen, dan meletakkannya di meja.
“Kedua, bapak menghargai
kedatanganmu saat ini. Artinya kamu menghargai bapak sebagai guru dan kepala
sekolahmu. Kamu adalah anak yang berjiwa besar dan siap bertanggung jawab.
Betul begitu Andika?’ Kembali Andika mengiyakan dalam diam. Beliau mengambil
permen dan meletakkannya lagi di meja.
“Bapak sudah berbicara dengan guru yang melerai perkelahian dan mendengar dari
beberapa temanmu. Kamu berkelahi dengan Rudi karena membela teman perempuan
yang dilecehkan olehnya. Benar begitu? Bapak salut. Ini pertanda kamu adalah
seorang gentleman, laki-laki sejati.
Tapi ingat: berkelahi bukanlah pilihan
untuk menyelesaikan masalah. Andika harus lebih bijak dan jelas, bukan dengan
berkelahi seperti tadi.” Kepala sekolah meletakkan sebuah permen lagi di atas
meja.
“Nah yang terakhir,
karakter positif yang telah Andika tunjukkan hari ini harus dipertahankan dan
dikembangkan di masa depan. Bapak yakin kamu akan berubah dan akan maju di
kemudian hari. Belajar lebih baik Andika, oke?”
Sambil tersenyum, beliau
menambahkan satu buah permen lagi di meja dan menyodorkan permen-permen
tersebut ke arah Andika. “Ambillah hadiah dan kenang-kenangan dari Bapak ini!”
Andika yang awalnya
ketakutan akan mendapat hukuman, dan tidak menyangka justru mendapat
“penghargaan” dari kepala sekolahnya, mengangguk mantap.
“Terima kasih Pak.
Saya sangat terkejut. Bapak tidak menghukum saya bahkan memuji dan menghargai
saya. Saya berjanji, pasti berubah dan akan lebih rajin belajar untuk masa
depan saya sendiri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar